Ponsel

Rabu, 06 Agustus 2008

Dalam masa-masa sulit seperti ini, harga kebutuhan mulai naik. Biaya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Banyaknya lapangan kerja tidak diimbangi dengan tenaga kerja. Biaya pendidikan yang dirasa berat malahan banyak dari anak-anak harus putus sekolah. Hal ini tentu saja menyulitkan ekonomi masyarakat. Namun turunnya tingkat kesejahteraan dan tingginya harga kebutuhan agaknya tidak berdampak buruk bagi industri mobile di Tanah Air. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan terhadap dunia telekomunikasi terus bertambah. Melihat peluang pasar yang bagus, tentusaja membuat produsen handphone semakin gencar memasarkan dagangannya. Berbagai merk handphone muncul. Mulai dari raksasa handphone, nokia dan sony ericsson, sampai produk baru seperti handphone cina turut meramaikan industri mobile saat ini. Bahkan berbagai pilihan operator turut ambil bagian.

Pada awal tahun 2000, handphone adalah sebuah barang yang sangat bernilai. Bahkan jika seseorang membawa handphone, wah tentu saja merupakan suatu kebanggaan karena tidak semua orang memilikinya. Saya masih ingat hanya ada beberapa operator yang bersaing dalam hal layanan jasa. Namun, yang saya herankan dulu starter pack untuk dapat mengaktifkan satu handphone sangatlah mahal. Untuk mendapatkan nomor untuk handphone saja harus mengeluarkan uang sebanyak 150ribu. Belum termasuk pulsa. Dan tarif untuk telefon sangat mahal. Sehingga, handphone hanya diperuntukkan untuk kalangan atas saja.

Namun semakin bertambahnya usia bumi, biaya starter pack mulai menurun. Bahkan di counter dekat rumah saya, starter pack kayaknya diobral. Tarif operator seluler turun drastis. Namun tidak diimbangi dengan layanan jasa yang memuaskan. Malah iklannya terkesan menyesatkan. Yang lebih ironi adalah masyarakat enjoy dengan hal it. Padahal uang mereka di kuras tanpa ada imbalan jasa yang pantas.

Banyak masyarakat mengeluhkan harga kebutuhan yang naik namun ironisnya banyak juga masyarakat yang mengeluhkan harga-harga yang naik itu memiliki ponsel yang saya kira cukup bagus. Walau ponsel low end sangat banyak dan harganya cukup murah daripada high end, namun mendengar mereka mengeluh tentang naiknya harga kebutuhan pokok sangatlah kontras. Mengingat ponsel pun harus diisi pulsanya agar dapat terus menyala. Sekarang lebih baik mana? Apakah sudah tradisi masyarakat indonesia hanya dapat mengeluh saja.

1 penjamah dan penanti posting:

Ariny R. Sugiarto mengatakan...

nih... t'kirim comment......


i think this article really realistic n good enough 4 me.... smngT yp Den.....

tp bckgrounx gnti dunk!!!